BAB II
MATERI SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
KELAS IX MTs SEMESTER 1
Perkembangan Islam Di Indonesia
A.
Awal
Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia,
berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha,
sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.
Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat,
kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke
wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Masuknya Islam di Indonesia” pada
tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain
menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa
Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab,
Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B.
Cara
Masuknya Islam ke Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan
ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan
cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama
berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
Artinya :
“Tidak ada
paksaan dalam agama” (Q.S. al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia
melalui beberapa cara antara lain ;
- Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena
orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi
setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang
ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka
mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka
berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
- Kultural
Artinya penyebaran Islam di
Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan
oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang
yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan
gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan banyak
sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.
- Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu
lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.
Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara
adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan
Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.
Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh
Indonesia.
- Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di
Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau
Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja
Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan
oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi,
bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.
Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa
mendatang.
C.
Perkembangan
Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
- Di Sumatra
Wilayah Nusantara yang mula-mula
dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak
di Aceh utara yang kemudian di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri
kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Aceh disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan
Perlak. Namun ahli sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam
yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik
Al-Saleh (memerintah dari tahun 1261 s.d 1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri
semula bernama Marah Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk
Islam berkat pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi
gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran
penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para da’i,
baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan
ajaran Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara
kerajaan Aceh dengan Timur Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para
ulama dan pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia
sendiri banyak pula yang hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di
Mekah atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju
Timur Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M
dilaporkan ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar
pelabuhan Jeddah. Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah itu pula yang
membuat Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.
- Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke
tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7
M. Pada tahun 674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan
pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang.
Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah
selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan
Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan
Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau
Jawa selanjutnya dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu :
a.
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan
Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli
pertanian, ahli tata negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren.
Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b.
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M.
Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan
Islam tak kenal kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang
artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa
Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan
pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig
kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama),
Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang
pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan
aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori
berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan
pertama.
c.
Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana
Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang
keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah
naik menjadi Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai
mufti tanah Jawa.
d.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465.
Sempat menimba ilmu ke Pasai bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik
Raden Patah. Beliau wafat tahun 1515 M.
e.
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak
menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita
wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang
Beber kala itu menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia
utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam
rangka dakwah Islam.
f.
Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin
(putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang
sosial. Beliau juga mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah,
antara lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g.
Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung
Jati yang kerap kali dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia
memiliki keSultanan sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia
juga salah satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu
Demak, Giri dan Cirebon.
Hanya saja Demak dijadikan pusat
dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h.
Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq.
Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau
berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid
menara Kudus yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya
Nusantara.
i.
Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau
Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan
menggunakan sarana gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau
dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
- Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang
lebih dikenal dengan Borneo melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka
yang dikenal sebagai kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka
ke tangan Portugis kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan
komunitas muslim kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan
oleh para muballig dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai
puncaknya saat kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke
negeri ini. Para da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan
melanjutkan misi dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari
Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang
dan Tuan Tunggang Parangan.
a.
Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan
adalah diawali dengan adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya
kerajaan Daha Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota
oleh kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam
peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan
Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.
Dalam peperangan itu Raden Samudra
mendapat kemenangan. Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat
keraton dan penduduk Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali
kerajaan Islam Banjar dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan
Suryanullah atau Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan
Rahmatullah (putra Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan
Rahmatullah dan Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang
dikuasainya meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin,
Sampit Medawi, dan Sambangan.
b.
Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang
da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan,
sehingga raja Kutai (raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para
pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini
dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha
menyebarkan Islam ke daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai
daerah Muara Kaman, dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para
penggantinya.
c.
Di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia
sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang
asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau
dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di
kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar
pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim
dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali
Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun
menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar
muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke
kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan
Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Selain Islam masuk dan berkembang di
Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di
Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal dari Maluku.
Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau
Waigio dan Pulau Gebi.
Yang bagian "D" nya mna???
BalasHapus