Kamis, 01 Agustus 2019

Usus Buntupun Cebol Dengan Bacaan Al-Qur'an



Alhamdulillah, Usus Buntupun Cebol Dengan Bacaan Al-Qur'an

Beberapa hari yg lalu, seorang teman inisial RF datang bersama teman perempuannya sebut saja DN. Kami kira hanya mampir, eh ternyata temannya td minta tolong diruqyah... klutik Pantang menolak bagi seorang Roqy jika panggilan dakwah ada didepan mata.

Awalnya, Kami agak curiga krn sejak awal kedatang DN kok depis2 seperti ketakutan. Ternyata DN mengaku sudah bertahun-tahun dia dihinggapi si Anu yg menurut kisahnya di _sangoni_ pak.De nya yg beraliran kejawen. Kala itu pak.Denya bilang "iki lho duk..awakmu tak sangoni, yen butuh opo ae awakmu gur nyebut opo seng mbok karepi, tak jamin keturutan" sambil menyerahkan sesuatu (redaksi dawuh kurang lebih bagitu).

Tanpa pikir panjang kami minta DN ambil wudlu. Anehnya, setibanya di kamar mandi tiba2.. gedebuk..eee..DN dlosor dikamar mandi. Allah kariim. Dengan sedikit sugesti dan support seperti yang pernah diajarkan guru Kami ust @⁨El-Paidi Prof Zakky⁩ .. Alhamdulillah DN bisa sadar dan lebih menguasai diri.

Setelah wudlu dan kembali ke TKP eksekusi ruqyah, DN malah nangis entah kenapa. Teringat titah guru Kami ust.@⁨JRA Ust. Hafidh El-Paidi⁩ ..segera Kami minta DN relaksasi sambil tarik nafas pelan2 lewat hidungnya dan dikeluarkan pelan2 juga lewat mulut. Alhamdulillah DN lebih bisa menenangkan diri.. Setelah DN merasa siap, prosesi ruqyahpun kami mulai.

Kami jelaskan bahwa ruqyah adalah berdoa kepada Allah Swt untuk kesembuhan penyakit medis maupun non medis termasuk gangguan yang dialami DN dengan washilah bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Kami juga berusaha menanamkan keyakinan dalam hati DN bahwa kita sebatas berusaha dan kesembuhan menjadi hak Allah SWT.

Dirasa cukup, kami memulainya dengan tawassul dumateng baginda Nabi Muhammad Saw, keluarga dan shabat beliau, ulama-ulama sholeh dan para guru khususnya guru ruqyah kami, yaitu Gus Allama 'Alaudin Shidiqy. Ketika lantunan Sholawat tibbul qulub menjadi bacaan pembuka, tampak DN sudah mulai beraksi. Tangannya bergerak layainya sinden.

Belum sampai prosesi tahdid, ketika DN kami tuntun membaca ta'awudz, reaksi yang muncul semakin nyata. Dalam kondisi seperti ini, tanpa menunggu fase bacaan berikutnya, kami langsung mengajak makhluk yg ada didalam DN dengan mengucapkan salam seperti ketika sesama muslim bertemu. Rupanya salam kami bertepuk sebelah tangan, makhluk yang menjelma menjadi penyakit ini mengakui bahwa dialah menjadikan DN mengidap usus buntu atau dalam bahasa latin disebut Appendix vermiformis. Tidak hanya itu, penggangu ini bahkan berjanji akan membuat hidup DN sengsara dan kesakitan. Bahkan dia mengakui bahwa dialah mencelakai suami DN hingga meninggal dunia. Dialah yg menjadi sebab melimpahnya harta kekayaan DN dan suaminya, sampai akhirnya harta benda DN habis total ketika dokter menvonis sang suami tercinta mengalami Chronic Kidney Disease.

Dialog kami menjadi ajang tawar menawar. Kami tawarkan membaca syahadat sebagai tanda masuk Islam Ghodam itu tidak tertarik. Bahkan bersih kukuh dengan niat jahatnya. Dengan memohon ridho Allah SWT. Kami membacakan ayat pemutus hubungan dengan ghodam, surat Al-Baqarah 102

 (وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ) [Surat Al-Baqarah 102] 

Biidznillah, dengan linangan air mata Ghodam ini bersedia meninggalkan jasad DN tanpa syarat dan berjanji tidak akan kembali. Alhamdulillahi robbil 'alamin Setelah prosesi ruqyah, DN terlihat lebih segar dari sebelumnya. Dan kami sarankan untuk rutin ruqyah mandiri, tahsinat dengan menjaga sholat lima dan amaliyah yg lain. Tak lupa kami sarankan untuk senantiasa mengistiqomahkan Tilawatil Qur'an.

Beberapa hari kemudian, kami mendapat informasi usus buntu yg rencananya diagendakan operasi oleh team dokter bedah berubah total, Alhamdulillah DN dinyatakan sehat dari usus buntu. Subhanallah.. Begitulah kedahsyatan Al-Qur'an sebagai Syifa, seperti yang Allah Swt, firmankan dalan Al-Qur'an surat Al-Isro' 82 :

 وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا 

Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian. Dengan keyakian bahwa Allah SWT-lah Dzat Penyembuh. Maka sampaikan kepada masyarakat bahwa Al-Qur'an adalah obat pertama dan utama bagi makhluk, baik medis maupun non medis, dhohir maupun bathin.. Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat Oleh : Kang Huda El-Paidi Jum'at 01 Agustus 2019 Pukul 00.20

Penulis : Nuru Huda

SIrup Daun Bidara

Sirup Daun Bidara
(Sebuah catatan kecil)

Bidara adalah salah satu pohon yg daunnya mempunyai berbagai macam khasiat, baik penyakit medis maupun penyakit non medis.

Pohon yg Allah Subhanahu wata'ala sebut di dalam Al-Quran surat Al-Waqiah ayat 28 dengan nama SIDR ini tidak mudah kita temui kecuali didaerah2 tertentu.

Terinspirasi dr banyaknya keluhan masyarakat yg kesulitan mendapatkan daun bidara untuk terapi ruqyah mandiri. Padahal sidr ini sangat membatu dalam proses pengobatan baik medis lebih-lebih non medis.




Yach...setelah melakukan berbagai eksperiment mulai dari pengolahan makanan sehari-hari, sampai ditajribahkan menjadi puding, permen, dll.
Maka Sirup Daun Bidara menjadi alternatif yang efektif (minimal untuk saat ini) dalam mentasarrufkan daun sidr menjadi menu therapy herbal   yang disukai masyarakat dengan berbagai alasan. Salah satu alasannya adalah mudah dikonsumsi, praktis dan rasanya manis enak.

Tapi..
Seiring perjalanan produksi.. ternyata dari sekian banyak testimoni masyarakat, kami dapatkan beraneka ragam komentar rasa. Wallahu a'lam...mulai dari rasanya pahit, seperti kuah sayuran sampai seperti rasa yang aneh. Mungkin karena pengaruh penyakit medis atau non medis dalam tubuh si penikmat.
Padahal sejak sirup ini dibuat tetap sama, baik komposisi, takaran sampai bacaan ruqyah yang dibacakan ketika produksi.

Dengan berharap ridho Allah Subhanahu wata'ala semoga Sirup Bidara JRA anfa'u linnas dan lebih bisa membantu marqy-marqiyah dan proses kesembuhan.

Kang H
Paskot, 01/8/2019

Selanjutnya akan kami sheer aneka testimoni Roqy/Roqiyah yg selama ini setia dg Sirup Bidara. Hee heee heee